Pelatih Reality Rift Bandingkan Mentalitas Pemain Asia Tenggara dan CIS

Soplec Reality Rift

Wilayah Asia Tenggara masih bisa dikatakan sebagai wilayah yang berjalan dengan lambat pada gim Dota 2, terutama untuk masalah prestasi di turnamen-turnamen internasional selama 1 dekade berkembangnya Dota 2.

Namun, 2 tahun belakangan ini wilayah Asia Tenggara mengalami perkembangan yang signifikan, terutama dalam persaingan Dota 2 di wilayah Asia Tenggara sendiri, karena sudah banyak tim-tim Asia Tenggara yang mampu memberikan perlawanan ke Fnatic dan TNC Predator.

Tentunya hal itu menunjukan potensi yang masih ada di wilayah Asia Tenggara saat ini. Pelatih Reality Rift yaitu Oleg “Soplec” Dragun membandingkan mentalitas pemain-pemain di wilayah Asia Tenggara dengan wilayah CIS.

Reality Rift
Sumber: Dota2.ru

Soplec mengatakan bahwa pemain-pemain Asia Tengara (wilayah timur) mendengarkan lebih dekat pendatang baru di tim.

“Di Asia Tenggara, bagaimanapun, entah bagaimana orang-orang lebih terbuka dengan pendapat lain. Artinya pertama-tama mereka mendengarkan pendapat orang lain lalu mencoba. Jika tidak berhasil oke, jika berhasil, mengapa tidak. Artinya masih ada semacam sikap yang sangat bias terhadap pendatang baru atau sesuatu yang lain,” ungkap Soplec seperti dikutip dari cybersport.ru.

BACA JUGA: 4 Atlet Esports Masuk ke 30 Orang Berpengaruh di Bidang Olahraga & Gim Versi Forbes

Soplec juga menjelaskan bahwa pemain CIS kebanyakan mempunyai mentalitas untuk mengambil keputusan dengan lebih cepat dan mudah melarikan diri (yang mengarah individualis).

Hal ini menurut Soplec sangat berlawanan dengan pemain di Asia Tenggara secara historis, karena pemain-pemain Asia Tenggara cenderung lebih suka bekerjasama.

Hasil gambar untuk Oleg Dragun
Sumber: Twitter Soplec Dota

Soplec juga mencatat bahwa pandangan dunia terhadap para pemain Asia Tenggara memiliki karakteristik sendiri. Menurutnya, para pemain di wilayah Asia Tenggara takut untuk menunjukan (mengevaluasi) dan mengeluarkan) pendapat atau kesalahan sendiri kepada pelatih.

“Satu-satunya masalah (pemain) terhadap mentalitasnya adalah di sini (Asia Tenggara) bos (pelatih) selalu benar. Pemain mungkin tahu tentang itu, tetapi mereka takut mengatakannya. Dan saya akan senang mendengar: ya ampun, di sini anda benar-benar salah dalam Dota,” terang Soplec.

Wah jika begitu, mentalitas seperti tidak berani mengeluarkan pendapat dan menunjukan kesalahannya sendiri kepada pelatih yang harus diiubah untuk lebih terbuka kepada pelatih.

Editor: Yubian Asfar


Leave a Reply