Negara yang Layak Disebut ‘Negara Esports’, Ini Alasannya!


Esports sudah menjamur di berbagai dunia termasuk di Indonesia. Pemerintahan di berbagai negara bahkan sudah terjun langsung ke berbagai esports.

Sebagai contoh, kita bisa melihat Pemerintah Indonesia mulai fokus mengadakan ajang tahunan yang kita ketahui sekarang bernama Piala Presiden Esports.

Meskipun begitu, Indonesia masih punya banyak PR yang harus dikerjakan agar dapat menjadi kiblat esports dunia. Esports di Indonesia masih kalah dengan Esports di negara yang melahirkan para juara di berbagai gim esports ini. Negara ini adalah Denmark. Kenapa?

Prestasi

Indonesia dapat bangga dengan juara turnamen mobile di antaranya PMCO Fall Split dan M1 pada tahun lalu. Tak hanya PUBG dan ML, AOV di negara Indonesia juga dapat bersaing di Asia Tenggara ditambah dengan Free Fire yang pernah dimenangkan oleh tim asal Indonesia. Namun, Denmark juga tidak dapat dibantahkan mempunyai prestasi yang gemilang.

Astralis Berkali-Kali Juarai Major

Pemain-pemain asal Denmark sudah mencetak banyak prestasi seperti N0tail yang sudah menjuarai The International dua kali berturut-turut, Tim Astralis yang berkali-kali bertengger di posisi puncak HLTV.

Kemudian, Caps dan Wunder yang telah menjuarai MSI serta menjadi finalis di League of Legends World Championship 2019 dan Pengu yang sudah menjuarai berbagai turnamen Rainbow Six. Prestasi-prestasi ini yang membuat sponsor dan tim kelas dunia berusaha merekrut pemain yang berasal dari Denmark

Pemerintah yang Mendukung Esports

Tidak hanya di Indonesia yang sangat mendukung esports berkembang. Perkembangan Denmark yang mendukung esports tak terlepas dari peran pemerintahan mereka yang sangat mendukung esports.

Dukungan dari pemerintah ini terbukti dengan berbagai kesempatan yang diberikan oleh pemerintah Denmark seperti Perdana Menteri Denmark saat itu yang mengunjungi markas tim CS:GO nomor satu di Denmark, Astralis.

Kunjungan ini tentunya membuat pemain asal Denmark bersemangat mengingat mereka mengetahui bahwa pemerintahan mereka sangat mendukung perkembangan esports.

(Mantan) Perdana Menteri Denmark Ketika Mengunjungi Markas Astralis

Tak hanya itu, Perdana Menteri Denmark saat itu juga datang menyaksikan BLAST Pro Series Copenhagen pada tahun 2018 lalu dan bahkan menonton pertandingan tim asal negaranya, Astralis melawan Natus Vincere asal Ukraina.

Perdan Menteri Denmark saat itu juga mendukung Astralis agar dapat meraih kemenangan. Tak cukup sampai di sana, Pemerintahan Denmark sampai menyiapkan panel strategi esports di negara mereka agar dapat berkembang lebih jauh.

Fasilitas Memadai

Dukungan dari Pemerintah dan prestasi yang gemilang tentunya tidak terlepas dari fasilitas yang memungkinkan para pemain Denmark untuk berkembang lebih jauh. Pemain-pemain Denmark sudah bermain di dalam tim dengan fasilitas yang menggiurkan.

Tidak hanya pemain, tim Astralis, sebagai tim yang bisa dibilang sebagai tim kiblat CS:GO Denmark juga memberikan fasilitas yang membuat mereka bahagia.

Bukan hanya latihan bermain. Fasilitas dari tim Astralis juga mencakup latihan fisik, makanan serta kebutuhan yang dibutuhkan untuk membuat tim ini begitu kuat baik dari segi fisik maupun strategi. Kamu bisa melihat fasilitas fisik yang tim Astralis dapat melalui video ini.

Dukungan Orang Tua

Selain fasilitas dan dukungan pemerintah, dukungan orang tua pemain tak kalah penting. Ini menjadi hal yang tidak mengherankan, mengingat rata-rata pemain esports berumur antara 18 hingga 25 tahun yang seharusnya memang umur yang masih ditanggung oleh orang tua.

Sebagai contoh kecil, orang tua dari dua bersaudara beda gim, Caps dari League of Legends dan Ryze dari Dota 2 sangat mendukung anak mereka tumbuh di bidang esports.

Michael Winther, atau yang penggemar League of Legends sering menyebutnya sebagai Caps Dad selalu mendukung anaknya dalam setiap pertandingan. Bahkan Caps Dad menjadi ketua cheers di dalam tim Caps dan sudah mendapatkan penggemar.

Ayah Caps yang Bahkan Mempunyai Fans. Gambar via ESPN

Tentunya ini adalah salah satu contoh dukungan orang tua Denmark terhadap anaknya yang fokus di bidang esports. Caps Dad adalah gambaran dari orang tua tersebut. Orang tua di Denmark mungkin juga sudah mendukung anak mereka untuk berkarir dan bermain di luar negeri.

Tanpa Drama Berarti

Hal ini adalah salah satu contoh yang harus dicontoh oleh scene esports Indonesia. Dibandingkan membentuk sebuah drama, mereka lebih memilih untuk menyembunyikan masalah pribadinya.

Sebagai contoh, kasus hengkangnya Fly dari OG dan N0tail hanya bersikap seolah-olah perpisahan yang biasa. Ketika ditanya komentar tentang hengkangnya Fly, N0tail hanya menjawab bahwasannya ia tak mau membahas tentang Fly, karena masalahnya adalah masalah pribadi.

Hal ini sangat kontras dengan yang terjadi di Indonesia, pemain Indonesia banyak yang tidak siap mental dalam menggunakan media sosial dan selalu memulai suatu drama melalui story Instagram dan berbagai platform lainnya. Drama ini bukan hanya soal tim dan pemain, namun juga sampai ke drama percintaan.

Hal ini juga tak terlepas dari hobi rakyat Indonesia yang lebih menggemari berita tentang drama dibandingkan berita tentang prestasi atau perkembangan pemain.

Oleh karena itu, sebaiknya sobat RevivaLTV juga harus memperhatikan perkembangan pemain dan tim Indonesia. Sebagai contoh BnTeT, pemain CS:GO Indonesia yang berhasil menembus salah satu turnamen bergengsi di internasional, Dreamhack Anaheim 2020 atau Bigetron yang menjuarai turnamen kelas dunia PMCO Fall Split 2019. Kita harus mengapresiasinya agar dapat lebih bersemangat lagi dibandingkan kita membaca drama yang berujung panjat sosial.


Dengan hal yang mendukung diatas, kita dapat mengakui bahwa Denmark merupakan negara yang bisa menjadi contoh dalam perkembangan esports.

Adanya Dukungan baik dari pemerintah dan orang tua, fasilitas dan tanpa drama adalah kunci dari prestasi yang didapatkan oleh pemain dari negara ini. Kita sebagai warga negara Indonesia tentunya tidak ingin ketinggalan di bidang esports seperti mereka.

Tim Asal Indonesia, Bigetron Berhasil Juarai Dunia Tanpa Drama

Meskipun dalam sekmen PC tidak sekuat Denmark, Indonesia memiliki potensi yang besar dalam kancah esports mobile. Belum lagi beberapa developer besar mulai mencoba memasuki mobile.

Kita sebagai bangsa Indonesia harusnya bangga dalam hal ini. Jangan terlalu memperhatikan pemain yang hobi membuat drama, perhatikanlah pemain yang membuat prestasi, meskipun hobi rakyat Indonesia sendiri adalah gosip.

Untuk itu, RevivaLTV selalu hadir dalam membantu warga Indonesia terutama peminat esports dalam mendapatkan berita dan edukasi esports di Indonesia. Setujukah kamu Indonesia dapat bersaing negara-negara yang esportsnya sedang naik seperti Denmark?

Editor: Yubian Asfar


Leave a Reply