Indo Posisi Buncit, Wolfy: GCM 2018 Harusnya jadi Wake-Up Call


Globe Conquerors Manila 2018 telah merampungkan perhelatannya. Turnamen yang diadakan di Manila, Filipina ini menobatkan Ascension Gaming dari Thailand sebagai juara. Tidak hanya membawa pulang $100.000 (sekitar Rp1,46 miliar), mereka juga menjadi perwakilan SEA untuk World Championship 2018 yang akan diadakan bulan Oktober 2018 di Korea Selatan.

Ascension Gaming seakan tampil sangat mendominasi sejak group stage yang memakai format double round robin. Mereka berhasil meraih poin sempurna dan meraih semua kemenangan dari Resurgence, wakil dari Singapura, Mineski, wakil dari Filipina, dan Team Anything dari Malaysia.

Saat babak playoff, mereka menghadapi Kuala Lumpur Hunters dan mengalahkan mereka dengan skor 3-1. Di babak final, mereka bertemu dengan sesama wakil Thailand, MEGA Aorus. Memakai format best of five, Ascension Gaming seakan tidak terhentikan dengan mengalahkan MEGA Aorus dengan skor 3-0!

Ascension Gaming akan memulai perjalanan mereka di babak play-in saat Worlds 2018. Sebelumnya mereka juga menjadi perwakilan SEA di Mid Season Invitational 2018 karena menjadi juara di GPL Spring 2018.

Sumber: LOL Esports Indonesia Fanpage

Bagaimana dengan nasib perwakilan Indonesia, Bigetron Esports? Sayang, tim yang juga menjadi perwakilan Indonesia di GPL Spring 2018 harus puas di peringkat terakhir group stage. Meski sempat meraih satu kemenangan dari ArkAngel dari Filipina di hari pertama, mereka gagal meraih satupun kemenangan di hari kedua.

Beragam pendapat datang dari komunitas League of Legends Indonesia. Salah satunya datang dari Martin “Trivia” yang juga menjadi caster Indonesa di Globe Conqueror Manila 2018.

Armored Project
Sumber: Fanpage AP

Menurutnya, Bigetron bermain di bawah ekspetasi mengingat sebelumnya Armored Project bermain bagus di Hyperplay. Bagi yang belum tahu, Armored Project meraih peringkat kelima dan enam setelah dikalahkan Sovereign di babak penentuan ke semifinal.

“Menurut gua pribadi ada beberapa faktor bisa jadi Ziko, yang juga jungler Bigetron, belum banyak pengalaman menghadapi jungler-jungler luar yang berpengalaman seperti Haise (Mega Esports) dan Qaspiel (Kuala Lumpur Hunters). Dari segi fase laning, sebenarnya ga kalah sama tim luar, tapi dari segi makroplay lumayan beda jauh” katanya.

https://wp.revivaltv.id/dota-2/atlet-esports-indonesia/

Meski League of Legends di Indonesia tidak seramai di luar negeri namun tahun ini sudah mulai muncul pemain muda baru di Indonesia seperti Bravo (Bigetron), Dreams (Bigetron), Owns (The Jokes On You), Sega (Armored Project). “Gua rasa untuk tahun depan ada kesempatan Indonesia bisa lebih baik” katanya.

Pemain Indonesia juga bisa belajar dari pemain-pemain impor terutama dari Vietnam yang secara mekanik dan makroplay sudah jago. “Faktor coach di suatu tim juga berpengaruh sama banyaknya kompetisi lokal maupun non lokal di Indo” tambahnya.

Florian “Wolfy” George yang juga pelatih Armored Project juga sependapat dengan hasil Bigetron Esports di Filipina. “Gua rasa ini merupakan wake up call buat semua tim Indonesia dan pemain kompetitif. Sudah beberapa tahun Indonesia punya server, tapi kita masih belum dapat tembus ke 4 besar turnamen LOL SEA” katanya.

Sumber: Garena LOL Indonesia

Sependapat dengan Martin, Wolfy juga mengaku kurangnya proper coaching membuat pemain Indonesia sulit berkembang. “Kita lihat tim Malaysia membawa coach dari LPL dan LMS, lalu dulu tim Vietnam memiliki coach dari Korea.

Thailand juga pernah membawa mantan pemain EULCS sebagai coach mereka. Pemain yang hebat secara mekanik akan kalah dengan pemain yang hebat secara mekanik dan taktik.” katanya.

BACA JUGA: Kenalan dengan Armored Project, Perwakilan Indonesia di HyperPlay (Festival Musik dan Esports Pertama di SEA)

Menurutnya Indonesia memiliki banyak pemain yang dapat dikembangkan dengan coaching yang baik dan benar. “Tapi balik lagi untuk mereka menjalani latihan secara professional, mereka perlu mengorbankan waktu mereka dan satu masalah lagi yang ada di Indonesia adalah kurangnya dana dan sponsor untuk mempertahankan player” tambahnya.

Tentu kegagalan Bigetron Esports bukanlah akhir dari segalanya. Tentunya kita berharap tim LOL Indonesia bisa tampil lebih baik terutama di turnamen internasional.

Diedit oleh Yabes Elia

Leave a Reply