Jika berbicara mengenai dominasi Ninjas in Pyjamas selama rentang tahun 2013-2014, nama Robin “Fifflaren” Johansson pastinya bukanlah nama yang bisa dilupakan begitu saja. Fifflaren bersama empat pemain Ninjas in Pyjamas lainnya pada saat itu (GeT_RiGhT, Xizt, Friberg, dan forest) berhasil menciptakan dominasi pada era awal Counter-Strike:Global Offensive.
Kelima pemain ini berhasil mencatatkan rentetan kemenangan gemilang dan selalu konsisten berada di papan atas. Meskipun ada tim-tim kuat lainnya yang siap untuk menantang dominasi Ninjas in Pyjamas seperti Virtus.pro, Fnatic, Epsilon Esports, NaVi, dan rival terberatnya VeryGames.
Ninjas in Pyjamas selalu berhasil mengalahkan setiap penantangnya untuk menjadi juara. Ninjas in Pyjamas bahkan sempat mencatatkan kemenangan beruntun pada turnamen LAN sebanyak 87 kali sebelum dihentikan oleh Virtus.pro pada turnamen SLTV StarSeries V Finals.

Ninjas in Pyjamas juga tidak pernah absen di setiap major dan selalu berhasil melangkah ke babak final sejak major pertama DreamHack Winter 2013 meskipun hanya berhasil memenangkan satu major saja yakni ESL One Cologne 2014 usai menaklukkan sesama tim Swedia, Fnatic dengan skor 2-1.
Fifflaren memutuskan untuk hengkang dari Ninjas in Pyjamas menjelang akhir tahun 2014 usai mendapatkan rentetan hasil buruk dan memutuskan untuk gantung mouse dari kancah kompetitif.
Selama masa pensiun, Fifflaren pindah ke Amerika Serikat dan sempat bekerja di Twitch sebelum keluar untuk menempuh karier baru sebagai seorang co-caster dan analis di berbagai turnamen-turnamen besar.
Rupanya dibalik kesuksesan selama berseragam Ninjas in Pyjamas, ada sebuah kebobrokan yang selama ini disembunyikan oleh pihak manajemen Ninjas in Pyjamas dibalik layar. Selama bertahun-tahun Fifflaren merasa bersalah dan marah terhadap dirinya sendiri karena tidak berani mengungkapkan kebobrokan tersebut selama bertahun-tahun usai hengkang dari Ninjas in Pyjamas.
Pada akhir Juni lalu, Fifflaren akhirnya memutuskan untuk buka suara mengenai apa yang sebenarnya terjadi selama Ia membela Ninjas in Pyjamas dan mengajak jurnalis Richard Lewis untuk membicarakan hal ini secara langsung.
Lewat sesi stream Richard Lewis Show, Fifflaren mengungkapkan semua kebobrokan manajemen lama Ninjas in Pyjamas. Kebobrokan tersebut menyangkut masalah uang, penghindaran pajak, dan berbagai masalah lainnya. Masalah ini tidak dialami oleh Fifflaren seorang saja, namun juga oleh pemain Ninjas in Pyjamas lainnya.
Selama tahun 2013, Ninjas in Pyjamas tidak pernah memberikan uang hadiah dari turnamen yang berhasil dimenangkan. Pihak manajemen berdalih menggunakan uang tersebut untuk membiayai perjalanan tim ke turnamen berikutnya dan uang penggantinya akan diberikan setelah Ninjas in Pyjamas berhasil menang.
Nyatanya sampai saat ini, uang tersebut tidak pernah diberikan kecuali saat menjuarai DreamHack Winter 2013 dimana pemain mendapatkan hadiah uang secara langsung dari DreamHack.
Selain tidak menerima hadiah uang dari turnamen, pemain-pemain Ninjas in Pyjamas juga tidak mendapatkan uang sepeser pun dari pihak sponsor maupun uang dari hasil penjualan merchandise dan stiker. Mereka juga tidak diperbolehkan menjalin sponsorship individu karena bertentangan dan menggangu sponsorship milik organisasi.
Lima pemain Ninjas in Pyjamas pada saat itu juga mendapatkan gaji yang sangat rendah yakni 1.000 euro di mana angka tersebut sangat rendah jika dibandingkan dengan gaji minimum di Swedia yakni 3.500 euro dan sempat mengalami masalah finansial.
Fifflaren bahkan masih ingat betul pada akhir tahun 2013, Ia hanya memiliki uang sebesar US$3,000 saja. Angka tersebut tidak berbanding lurus dengan seluruh hadiah uang dari turnamen yang berhasil dimenangkan Fifflaren.

Para pemain tidak bisa hengkang dari Ninjas in Pyjamas begitu saja dikarenakan situasi di luar sana tidak jauh lebih baik.sehingga mereka tidak punya pilihan lain selain bertahan.
Pihak manajemen juga memaksa pemain Ninjas in Pyjamas untuk menghindari membayar pajak Swedia yang terbilang tinggi. Fifflaren juga mengungkapkan bahwa pada akhir tahun 2013, CEO Ninjas in Pyjamas pada saat itu Niklas Fischier membawa kabur semua uang milik Ninjas in Pyjamas dan melarikan diri ke Thailand.
Uang tersebut terdiri dari hadiah uang dari turnamen yang berhasil dimenangkan oleh Ninjas in Pyjamas selama tahun 2012-2013 sehingga Ninjas in Pyjamas sama sekali tidak memiliki uang sepeser pun.
Perubahan manajemen pada tahun 2014 di bawah pimpinan Per Lilliefelth juga tidak memberikan perubahan yang berarti. Para pemain tidak hanya mendapatkan perpanjangan kontrak dengan klausul kontrak yang merugikan dan tidak berpihak kepada pemain, namun para pemain juga masih dihantui dengan pajak.
BACA JUGA: Na’Vi di TI9, Zayac: Aku Tidak Ingin Berakhir di Posisi Kurang dari 8 Besar
Hal ini juga mempengaruhi mental pemain di mana mereka harus menjuarai setiap turnamen yang diikuti. Kalah bukanlah pilihan karena pada saat itu mereka tidak mempunyai cara lain untuk memenuhi kebutuhan finansial. Pihak manajemen juga masih berhutang sejumlah uang hadiah turnamen dan penjualan stiker kepada pemain.
Ninjas in Pyjamas juga memiliki rencana untuk menyingkirkan Fifflaren sejak lama. Sebulan sebelum Fifflaren keluar, manajemen menghubungi Maikelele di mana mereka akan merekrutnya setelah mendapatkan alasan kuat untuk mengeluarkan Fifflaren tanpa sepengetahuan pemain lainnya. Justru rencana ini menjadi boomerang karena Fifflaren dan kawan-kawan berhasil menjuarai ESL Cologne Major 2014.

Keadaan ini memaksa Ninjas in Pyjamas untuk menunda rencananya menendang Fifflaren sampai Ninjas in Pyjamas kalah oleh Titan pada turnamen ESWC 2014. Kekalahan tersebut digunakan oleh Ninjas in Pyjamas untuk mengeluarkan Fifflaren dan memasukkan Maikelele sebagai pengganti. Sang pelatih Faruk Pita menjadi satu-satunya pihak yang mendatangi rumah Fifflaren untuk memberitahukan hal ini tepat sebelum Ia dikeluarkan dari tim.
Parahnya lagi, mereka juga meminta Fifflaren untuk mengumumkan keluarnya dirinya dari tim beserta pemain yang akan menggantikannya kepada rekan setimnya yang lain meskipun hal ini seharusnya dilakukan oleh pihak manajemen atau pelatih.
Per Lilliefelth selaku CEO baru justru lebih buruk. Ia tak hanya mengharuskan pemain untuk menuliskan pernyataan tertulis untuk meminta persetujuan jika memiliki pasangan namun Ia juga diketahui menahan sejumlah uang yang seharusnya menjadi hak para pemain tanpa sepengetahuan orang lain. Dosa-dosa Per Lilliefelth ini sempat diungkap oleh Richard Lewis lewat sebuah tulisan yang Ia rilis pada tahun 2015 silam hingga berujung pemecatan sang CEO.
Richard Lewis juga mengungkapkan cerita menarik usai dirinya merilis tulisan yang membeberkan kebobrokan sang CEO Per Lilliefelth yang berakhir dengan pemecatan Per Lilliefelth lima hari setelah tulisan tersebut dimuat ke publik. Saat Richard sedang menghadiri DreamHack Winter, manajer Ninjas in Pyjamas HeatoN bertemu dengannya secara langsung dan berterimakasih karena sudah berani membongkar skandal ini.
Komentator Anders Blume juga sempat bermasalah saat dulu masih menjadi pengelola NiPTV. Pada saat menyelenggarakan turnamen amal Go4Balkan, seseorang tiba-tiba mengubah password dari akun PayPal milik NiPTV yang berisikan semua uang donasi untuk amal dan kehilangan akses terhadap akun tersebut.
Ada yang beranggapan bahwa pada saat itu Faruk Pita terlibat, namun Fifflaren membantah anggapan tersebut dan mengatakan bahwa Faruk Pita tidak memiliki akses apapun terhadap akun PayPal tersebut. Kejadian ini memaksa pemain Ninjas in Pyjamas untuk meminta kepada DreamHack untuk tidak mengirimkan hadiah uang ke akun PayPal tersebut dan membayarkan kepada pemain secara langsung.

Selain Anders, beberapa pemain dan pelatih seperti Maikelele, allu, natu, dan draken juga mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari Ninjas in Pyjamas. Maikelele juga sempat mengungkapkan bahwa dirinya tidak mendapatkan hadiah uang DreamHack Winter 2014 karena menurut sang CEO dirinya masih seorang “anak baru”.
Fifflaren yakin jika pada saat itu pemain Ninjas in Pyjamas termasuk dirinya tidak menandatangani perpanjangan kontrak dan memilih untuk mencari tim baru, dirinya dan pemain Ninjas in Pyjamas lainnya bakal memiliki kehidupan dan mendapatkan perlakuan yang jauh lebih baik dan jauh lebih layak dibandingkan Ninjas in Pyjamas.
Ia juga berpesan pada mantan rekan setimnya GeT_RiGhT untuk segera pergi dari Ninjas in Pyjamas. “Kamu dipaksa untuk mundur? Apa yang terjadi? Pergilah dari situ! Dengar, kamu tidaklah setua itu. NiP sudah memperlakukanmu dengan tidak baik. Menurutku dua pemain lainnya yang sudah hengkang (Xizt dan Friberg) saat ini jauh lebih bahagia.”
“Kamu tidak berhutang apapun terhadap NiP. Mereka justru berhutang segalanya kepadamu. Jangan pernah berpikir bahwa kamu bisa pergi kemanapun dan memulai dari awal. Kamu jauh lebih baik daripada itu.
Kamu adalah pemain paling sukses dalam sejarah Counter-Strike. Aku tidak menyangka bahwa kita sudah mencapai sebuah titik di mana pemain terbaik Counter-Strike dipaksa mundur karena berada di tim yang tidak bisa bekerja dengan semestinya,” ucap Fifflaren.
Xizt dan Friberg mengapresiasi keberanian Fifflaren mengungkap kebobrokan manajemen lama Ninjas in Pyjamas. Mereka menyatakan mendukung 100% seluruh pernyataan Fifflaren. Friberg bahkan menambahkan bahwa Ia siap untuk mngungkapkan masalah ini lebih dalam.
Lalu, bagaimana dengan Ninjas in Pyjamas? Ninjas in Pyjamas merespon lewat pengumuman di website resminya bahwa mereka sudah belajar dari kesalahan manajemen lama dan berniat untuk memperbaiki kesalahan tersebut lewat manajemen baru di bawah pimpinan Hicham Chahine.
Ninjas in Pyjamas memberikan penjelasan mengenai permasalahan manajemen yang dialami selama rentang tahun 2015-2016. Mereka juga menyatakan bahwa mereka sudah melunasi hutang-hutang kepada Fifflaren. Ninjas in Pyjamas menyatakan bahwa akun PayPal yang digunakan untuk amal Go4Balkan tidak pernah dibuat, diakses, dan dimiliki oleh tim manajemen Ninjas in Pyjamas saat ini.
Meskipun dengan adanya pernyataan resmi dari kubu Ninjas in Pyjamas, masalah ini tampaknya tidak akan segera berakhir. Satu persatu pemain yang pernah terlibat dengan Ninjas in Pyjamas baik dari CS:GO maupun divisi lainnya mulai menghubungi Richard Lewis untuk menyuarakan kebobrokan manajemen dan pengalaman buruk yang mereka alami. Patut dinanti seperti apa kelanjutan dari drama ini.
Editor: Yubian Asfar