Virtus.pro merupakan salah satu tim Dota 2 yang sedang naik daun di tahun 2018. Mereka menjadi tim yang berhasil melengkapi lemari trofi mereka dengan menjuarai berbagai gelaran major seperti ESL One Birmingham 2018, ESL One Hamburg 2017 dan ESL One Katowice 2018.
https://wp.revivaltv.id/dota-2/esports-history-sejarah-virtus-pro/
Menuju target berikutnya, yaitu The International 2018 di mana Virtus.pro akan mencoba meraih title akbar Dota 2 perdana mereka. Virtus.pro juga memuncaki klasemen Dota Pro Circuit dengan 12,372 poin.
Baru-baru ini, kanal YouTube Dota 2 Maincast yang dipandu oleh V1lat telah mewawancarai pelatih Virtus.pro, ArtStyle di kediamannya di Kharkiv, Rusia.
Sang juara The International 1 itu membagikan beberapa pengalamannya mengenai karir pemain dan kepelatihan di ranah esports Dota 2. RevivalTV membagi beberapa poin pentang dengan terjemahan Bahasa Indonesia:
Kesuksesan Pertama di Dota 2
“Pertama kali saya bertanding di Dota 2 bersama dengan HT (Hard Team/Kharkov Team), hingga kami mengganti nama tim.
Lalu pergi ke acara ASUS untuk mengikuti gelaran DTS Cup. Saya bermain dengan Changer, Smile (bukan Ars-Art), dan dua orang teman saya.
Ranah kompetitif di Kharvik dibentuk sekitar 3 pemain utama, jadi saya memiliki 2 partner penting saat itu. Setelah itu saya dilirik oleh ASUS, lalu tim Moskow dan Ukraina. Saya terus mengikuti pertandingan dan bermain dengan baik.
Kemudian saya bertemu Dendi ketika ia pindah dengan tim Lviv-nya. Dia sedang duduk sendiri, sangat kecil di antara pemain besar lainnya. Dia terlihat mirip denganku, saya juga tidak terlalu tinggi. Lalu kami mengundangnya ke Hard Team, Dendi sempat tertarik.”
Pengalaman Bermain Dota All-Stars
“Dalam suatu waktu, saya dan Solo ingin bermain Dota 1 di server China dan mencari kesenangan. Tetapi justru hal ini lebih menyulitkan dibanding bermain di Dota 2, 10 kali lebih sulit. Saya tidak ingin bermain di sana lagi, haha.
Ketika kamu membawa item-mu, kalian harus menaruhnya di tanah dan meraciknya, dengan recipe yang bahkan kalian tidak tahu apa saja yang terletak di sana.
Game yang sangat sulit, saya sekarang mengerti kenapa sedikit yang memainkan game tersebut dibandingkan Dota 2. Tidak semua pemain paham dan mengerti tentang kondisi semacam itu.
BACA JUGA: Ex-Team Kinguin, Let’s Do It Lengkapi Jajaran Tim di Ajang DOTA Summit 9
Kemampuan dan kegigihanmu memiliki andil yang besar di Dota 1, karena sekarang (Dota 2) jadi lebih mudah.
Kalian tidak dapat menampik hal tersebut, permainan yang sangat sulit. Bahkan pemain profesional Dota 2 sekarang tidak banyak yang mampu memainkan game tersebut.”
Menyudahi Karir Pemain
“Saya tidak pensiun menjadi pemain karena berakhir di posisi 16 besar di ajang The International. Saya kelelahan, meskipun ketika berakhir di 8 besar. Kami tidak menunjukan permainan yang bagus, kami merupakan tim yang lemah.
Pada pertandingan terakihr, kami menunjukan seluruh strategi kami di ajang The Summit dan StarLadder.
GeneRaL yang pertama kali menggunakan Sand King di Offlane berhasil mendominasi pertandingan. Lalu dipertandingan berikutnya, Sand King, Chen dan Io di-banned dan kami tidak punya opsi lain.
Bila strategi GeneRaL tidak terbaca, mungkin Na’Vi akan menempati setidaknya posisi 6 besar dengan META Sand King. Sangat kuat, lalu Sand King terkena nerf 6 hingga 7 kali sejak kejadian itu.
Setelah kesuksesan di Virtus.pro, saya sempat berpikir untuk bermain sebagai pemain profesional lagi. Lalu saya bermain lagi, mencoba dan berakhir dengan kekecewaan. Saya tidak jeli lagi bermain. Tapi ada kemungkinan untuk saya bermain sebagai Standin ketika dibutuhkan.”
Menempatkan Pelatih Sebagai Sebuah Tim
“Semuanya sangat bergantung dari para pemain. Semua orang di Virtus.pro tahu bagaimana untuk mendengarkan meskipun dengan status pemain bintang, bahkan No[o]ne dan RAMZES666 yang menempati leaderboard 1 dan 2.
Semuanya mau mendengar di berbagai situasi dan semuanya ingin saya sebagai pelatih mereka. Saya mungkin tidak akan berbuat banyak bila para pemain tidak mau patuh. Semua ini terjadi karena para pemain selalu siap untuk bekerja dan mengejar tujuan yang sama.”
Mengenai Pola Pelatihan
“Realitanya, bukan kami yang tidak ingin bermain, karena sulit mencari tim yang setara untuk berlatih melawan kami. Kami cukup sering berlatih hingga hari ini. Tetapi kami tidak ingin kelelahan ketika sampai di event.
Pertandingan turnamen lebih melelahkan dibanding biasanya, lebih membutuhkan konsentrasi. Apabila kamu mulai bermain scrim dengan tim lain, tetap akan berbeda ketika bermain untuk skala turnamen.
Kalian pergi bertanding di suatu turnamen dan membentuk opini mengenai apa yang kuat ataupun yang lemah. Kalian bermain dan segala strategi yang sesuai dan tepat sasaran.
Namun ketika kalian kalah saat bertanding, maka kalian akan kehilangan kepercayaan diri dan segalanya bermula dari kekalahan.” Tutup ArtStyle.
Nampaknya menjadi pelatih merupakan keputusan yang tidak mudah. Meskipun demikian, ArtStyle tetap berusaha keras untuk melakukan pekerjaanya sebaik mungkin sebagai pelatih tim profesional.
Virtus.pro sendiri menjadi tim yang difavoritkan juara pada gelaran The International 8. Namun awal yang kuat, diakhiri dengan permainan yang kurang maksimal di ajang China Dota2 Supermajor.
Faktor kelelahan dan stamina menjadi hal yang penting untuk dijaga. Perlu kondisi yang prima untuk membawa permainan yang baik hingga akhir laga. Jadi, siapa bilang jadi pemain profesional itu ‘enak’?
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.