Pada bulan Agustus 2018 lalu kanal Twitch Dota 2 selalu menjadi tempat unggulan di beranda platform Twitch. Bagaimana tidak? Kompetisi paling bergengsi Dota 2, The International 8 sedang dilaksankan.
https://wp.revivaltv.id/others/wakil-indonesia-di-wesg-2018/
Meskipun sudah agak telat, tetapi tidak ada salahnya untuk kembali mengulang keseruan di panggung The International 8. Kali ini RevivalTV telah merangkum lima alasan mengapa TI8 patut disematkan predikat sebagai “The Best TI“.
1. Venue Baru, Semangat Baru, Wajah Baru
Valve melalui laman resminya mengumumkan markas baru The International 8 pada bulan Maret 2018 lalu. Untuk kali pertama, The International akan diadakan di Vancouver, Kanada.
Sebenarnya, Vancouver bukanlah negara selain Amerika pertama yang dipercaya oleh Valve untuk menyelenggarakan The International. Tujuh tahun lalu, The International 2011 dilaksanan di Cologne, Jerman.
Tanggal 23 Maret, first wave ticket diumumkan melalui akun Twitter Wykrhm. Kurang dari satu hari, tiket sudah ludes terjual dan memaksa Valve untuk membuka second wave ticket. Rogers Arena sendiri memiliki kapasitas sebesar 18.000 kursi.
Second wave of The International 2018 tickets now available. GO GO GO!! https://t.co/6hfxWCIbwl
The first wave sold out faster than it did in previous years. GG!!#TI8 pic.twitter.com/vUNIin9v4M
— Wykrhm Reddy (@wykrhm) March 24, 2018
Dengan mengusung tema berwarna hijau, opening ceremony cukup berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kali ini, Valve mengundang Aerial Dance sebagai pembuka The International 8. Tahun-tahun sebelumnya, Valve hanya memutar film pendek serta aksi teatrikal yang diiringi oleh musik.
Selain Aerial Dance yang memukau, opening ceremony ditutup dengan sambutan CEO Valve, Gabe Newell. Uniknya, ia hanya menggunakan sendal swallow di atas panggung yang megah, orang kaya mah bebas, wkwk.
Di akhir sambutannya, ia sempat mengucapkan kalimat lakaad matataag, normalin!, chatwheel paling fenomenal dari sekian banyak TI8 chatwheel. Sontak Rogers Arena bergemuruh akan ungkapan bahasa tagalog tersebut.
Di laman Reddit, banyak respon positif dari para reddit user. Salah satunya adalah u/Ace37Mike yang membuat post berjudul, “Amazing Opening Ceremony. Thank You Valve for doing it right this year.”
2. Kembalinya Paul “Redeye” Chaloner
Brutal, Savege, Rekt. Siapa yang tak kenal dengan chatwheel tersebut? Seorang host berdarah Britania Raya yang sudah terbilang handal memimpin berbagai acara esport.
Redeye sendiri aktif menjadi host sejak TI5 lalu dan sempat absen di perhelatan TI7. Dia sempat menulis Twitlonger mengenai alasannya absen dari TI7. Dengan kembalinya Paul, The International 8 kembali memilik host andalannya.
3. The Chinese Legend Reunion
The International selalu membawakan inovasi-inovasi baru setiap tahunnya. Tahun lalu, Valve bekerja sama dengan OpenAI membuat Bot pintar bernama OpenAI Bot.
Panggung The International 7 pun menjadi lapangan percobaan OpenAI untuk mempertemukan ciptaannya dengan sang legenda Dota 2, Danil “Dendi” Ishutin. Namun, tahun lalu OpenAI hanya mampu mengoperasikan satu bot saja. Berbeda dengan TI8, OpenAI sudah siap merilis lima Bot melawan lima pemain profesional.
Match antara OpenAI melawan profesioanl dibagi menjadi dua tahap. Pertama, melawan Pain Gaming, tim asal Brazil yang tereliminasi di tahap group stage.
Tim kedua merupakan kejutan besar bagi Rogers Arena dan seluruh penonton di dunia. Valve mengundang tim Big God yang berisikan lima pemain legendaris asal negeri tirai bambu.
Kelima pemain tersebut ialah BurNing, sang AM god. Lalu Ferrari_430, sang penyabet gelar juara TI2 bersama Invictus Gaming. rOtk, salah satu kapten terbaik di dunia. Xiao8, kapten terbaik Newbee dan terakhir, Sansheng, yang pernah membela TongFu.
Kelima legend asal China tersebut sebenarnya masih aktif dalam profesional scene. Hanya saja tidak lagi bermain, melainkan menjadi pelatih di beberapa tim terkenal seperti EHOME, Vici Gaming, dan Team Aster.
Kembalinya lima pemain legendaris asal China membuka kembali memori-memori lama para pecinta Dota yang sudah terbilang cukup lama bermain. Selain itu, caster game ini merupakan salah satu legenda di dunia per-caster-an, Statsman Bruno.
4. The Callback Merlini
Upaya Valve dalam menghadirkan rasa nostalgia para pecinta Dota tidak berhenti di pemain saja. Setelah memanggil Bruno untuk mengisi kursi Fogged di Open AI match, Valve mengundang David “LD” Norman untuk mengisi cast AllStar Match bersama Winter. LD sendiri sempat menjadi pengisi cast di grand final The International 3 saat Na’Vi bertemu dengan Alliance.
Setelah LD, Ben “Merlini” Wu juga kembali menggencarkan Rogers Arena. Dia ditunjuk Valve menemani Owen “ODPixel” Davies dan Ioannis “Fogged” Loucas memandu final TI8.
I have no further intents to cast/analyze Dota 2. I have decided that at this juncture in my life, casting does not align with what I want from my future. I am a bit sad, but we must keep forward facing. Big thanks to all who have supported me, especially when times were tough!
— Ben Wu (@MerliniDota) February 13, 2018
Sebelumnya, Februari 2018 lalu Merlini sempat memberi alasan melalui Twitter. Crowd pun bergemuruh saat kamera diarahkan ke meja caster dan Merlini sudah berdiri di antara OD dan Fogged.
5. OG Patahkan Kutukan The International!
“CEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEB” teriakan OD saat war di game 4 antara OG dan juga PSG.LGD selalu terngiang-ngiang di benak pecinta Dota 2.
Sebelumnya, OG berhasil mengamankan slot di grand final melalui upper bracket. Sedangkan LGD, tim asal Tiongkok mengamankan final lewat jalur lower bracket.
Sempat bertemu di upper bracket final, n0tail dan timnya berhasil menjatuhkan fy ke lower bracket. Selain persoalan rematch, PSG.LGD juga menjadi satu-satunya tim perwakilan Cina.
Sebagaimana kita tahu bahwa “TI Curse” selalu membayang-bayangi The International. Ganjil untuk western atau non-China, genap untuk China. Alasan tersebut membuat Grand Final menjadi sangat hype untuk disaksikan.
Hasilnya mengejutkan, sempat tertinggal 2-1 oleh LGD, tim yang dipimpin oleh Ceb berhasil merangkak naik mengimbangi PSG.LGD.
BACA JUGA: NoPangolier Hentikan Performa Apik Na’Vi di Maincast Autumn Brawl!
Game keempat bisa dibilang menjadi game yang sangat krusial karena OG sempat tertinggal 10k networth oleh LGD. Dengan kegigihannya dan “Ceb calls” yang sangat fenomenal, akhirnya OG berhasil membalikkan keadaan dan memenangkan game 4.
https://wp.revivaltv.id/dota-2/inyourdream-wesg-2018/
Game ke 5, Ember Spirit menjadi game changer utama yang dibangga-banggakan oleh para OG fans. Ana benar-benar bermain dengan ciamik dan melakukan banyak clutch. Aksi heroiknya berhasil menjuarai Bo5 series dari grand final TI8.
Ana sempat menjual Talisman of Evasionnya agar uangnya mencukupi untuk buyback. Aksi heroiknya disebut sebagai “11 million dollar saving buyback”.
Hasilnya, untuk pertama kalinya western team berhasil menjuarai TI genap. Selain itu, setelah lima tahun lamanya, akhirnya all five games kembali hadir meramaikan grand final TI.
Best TI grand final game ever?
— Henrik Ahnberg (@AdmiralBulldog) August 26, 2018
Dengan alasan itulah banyak yang menilai TI8 menjadi TI terbaik, mengalahkan TI 3. Bahkan, AdmiralBulldog, salah satu pemain di final TI3 berkicau, “Best TI grand final game ever?”. Kendati demikian, masih banyak yang menilai “El-Classico” antara Na’Vi dan Alliance masih layak menjadi final terbaik.
Diedit oleh Yubian A. Huda
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.